Ketika Tuhan Singgah
Oleh: Lyra Atmaja
Rona tak lagi merah
Terganti pucat tak bergairah
Sendu masih meradang
Tak jua bosan sandingkan lara
Mulut boleh jadi memekik
Meratap, menjerit, bahkan membisu
Gusar menengok petaka alam
Gelisah, sanak saudara tak ada kabar
Rasanya baru kemarin kami bersenda gurau
Tersenyum kala sapa terlempar
Lantas tanpa asap, Tuhan tiba!
Bersama gemuruh tanah retak
Bersama gedung-gedung runtuh
Dan pohon-pohon tumbang
Berlari kami ketakutan
“Kiamat! Ini kiamat!”
Teriakan tak lagi terbendung
Detik bergerak agresif
Semut-semut terlempar
Tergeletak membiru tertimpa batu
Sedang sissanya menjerit pilu
Mengaduh di tenda biru
Ditemani nasi kiriman tadi subuh
Meratap kami, terkatung-katung
Lantas bersujud, tersadar
Tuhan tengah berkunjung
Untuk sekian kalinya…
Lewat butir-butir nasi yang kami telan
Lewat udara yang kami hirup
Lewat nyawa yang masih melekat
Begitu juga waktu yang masih berdetak
Gemuruh tanah retak,
Robohnya papan yang kami sandang
Torso-torso tak bernyawa
Serta tangis yang tak henti menguar
Sejenak membuat kami lupa
Menengadah, mengucap syukur
Tuhan masih singgah di tenda kami
Tuhan memeluk tubuh kami
Lewat tangan-tangan mungil malaikatnya
Barang sejenak duka itu lenyap
Kami tersenyum simpul
Tuhan masih berkunjung pagi ini
Ia sedang duduk di sebelah kami…
Komentar
Posting Komentar